Ramadan 2022 Hari 11

Memasuki sepertiga ke dua bulan Ramadan...

Baru dua hari yang lalu menulis tentang bagun sahur yang masih nyaman, kemarin kami bangun sahur cepat, tapi makan lambat, dan selesai saat azan Subuh tepat! Lalu hari ini saya tertidur lagi setelah mematikan alarm yang padahal sudah saya sempat snnooze sepuluh menit sebelumnya. Bangun hanya 30 menit sebelum Subuh. Tapi sahur lancar, tak terlalu buru-buru...

Memang sepertinya sudah mulai benar-benar merasakan kelelahan puasa. Meski tak ke mana-mana, jam tidur kami masih tak bisa diadaptasikan dengan jam sahur yang makin maju saja. Setiap hari maju 2 menit. Dan maghrib mundur 2 menit juga!...

Hari ini saya tak berniat menulis banyak tentang jurnal Ramadan. Karena saya juga menulis ulasan buku Trilogi Soekram yang baru saya selesaikan. Ditambah postingan ini, sudah jauh melampaui kuota setoran 300 kata, kan!?... 

Tapi hari ini ada cerita. Cerita dari swalayan. Saya dan Butet ke sana untuk sekedar keluar sambil beli beras yang entah kenapa suami saya tak melihatnya, padahal saya merasa sudah memasukkannya ke daftar belanjaan...

Ceritanya, ternyata swalayan kami mengalami kelangkaan minyak goreng, saudara-saudara!...

Sebenarnya sudah beberapa saat yang lalu beberapa teman di Prancis sudah mengeluhkan kelangkaan minyak goreng ini. Lalu minggu lalu seorang teman di Nice menanakan soal kelangkaan ini. Hari Minggu, suami saya tidak menemukan minyak goreng di swalayan. Tapi memang dia ke sana agak siang. Mungkin memang sedang kosong saja...

Ternyata, tadi siang saat saya ke swalayan, tak ada minyak goreng sedikitpun! Baik minyak biji bunga matahari, minyak canola, minyak kacang, ataupun minyak campuran, kosong semua! Hanya ada minyak zaitun saja yang masih tersedia...

Saat saya cerita ke teman di Belanda yang sudah jauh lebih lama mengeluhkan kelangkaan minyak goreng, dia menyalahkan saya, kenapa tak menimbun saat dia kasih tahu dulu. Memang saya percaya diri. Minyak biji bunga matahari dan canola adalah produk lokal. Masak sampai langka?...

Ternyata oh ternyata...

Untungnya kami bukan yang suka goreng-goreng. Jadi tak terlalu masalah dengan langkanya minyak goreng ini. Meski tentu saja, untuk membuat ayam oven pun perlu minyak. Mungkin kalau stok di rumah yang tinggal sedikit saja itu habis sebelum stok swalayan kembali, ya ganti saja dengan minyak zaitun...

Entah sampai kapan kelangkaan ini akan berlangsung. Teman di Belanda sudah mulai menemukan minyak goreng kembali. Meski dengan kuantitas yang belum normal dan dengan harga yang lebih mahal...

Malam ini kami buka dengan Gulai Ayam. Dessert-nya potongan terakhir Royal! Akhirnya habis juga!... 😋


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah