Ramadan 2022 Hari 2

Hari Minggu mendung sendu, agak dingin, nyaman buat bangun siang. Setelah sahur dan sholat Subuh, tentunya! Kali ini kami sudah bertiga. Lagi-lagi dengan menu mi bakso yang sepertinya pas porsinya. Padahal kemarin sempat deg-degan menyisihkan 2x20 butir bakso di freezer buat stok...

Memang dari 1 kg daging, saya biasa menghasilkan sekitar 100 butir bakso. Kemarin sepertinya agak kurang dari 100. Saya membuatnya dengan agak terburu-buru. Plus tegang menunggu hasil rukyat. Butiran baksonya lebih besar dari biasanya...

Standarnya, saya bisa menghasilkan sampai 150 butir bakso. Dengan hanya menambahkan 100 gram tepung tapioka --kami suka bakso dengan komposisi tepung dengan berat 10% dari berat dagingnya saja-- dan 3 putih telur (1 putih untuk setiap 300 gram daging). Plus satu saset baking powder, bubuk bawang putih, garam, dan merica, tentunya...

Kemarin saya lupa menyiapkan es batu. Hanya tertinggal beberapa butir saja. Hasilnya, saya tak tega berlama-lama menggiling dagingnya. Suhu sudah terlalu naik. Tak bisa dijaga. Karenanya butiran bakso tidak halus mulus...

Tak mengapa. Yang penting rasanya pas, kata Butet. Dan pendapat dia kan yang paling utama, ya!?... Hehehe... Alasan!...

Sesiangan santai-santai saja. Saya berhasil menghabiskan membaca Blue Period jillid 3 yang kami ambil Rabu lalu. Sudah tahu ceritanya. Secara sudah menonton serial animenya. Tapi tetap asik juga. Secara sudah banyak detil yang saya lupa...

Niatnya, mau melanjutkan membaca bukunya Haruki Murakami. Sudah memasang Spotify, album soundtrack Drive My Car untuk menemani membaca cerpennya yang ternyata nggak pen-pen amat! Penasaran juga sama ceritanya. Secara baru saja film ini meraih Oscar untuk film asing terbaik. Wira-wiri saja di media sosial selama seminggu ini. Meski tentunya, adaptasi film akan ada rasa yang berbeda. Yah, sambil menunggu kesempatan nonton lah...

Tapi baru juga beberapa baris, Butet mengajak ngobrol. Dan tiba-tiba saja saya terpikir: setiap kali saya hendak membaca kumpulan cerpen ini, pasti Butet datang "mengganggu". Padahal kami duduk berdua sudah beberapa saat. Dia diam saja saat saya membaca Blue Period. Atau kemarin-kemarin saat bahkan saya menonton netflix. Tapi begitu saya pegang buku Des hommes sans femmes ini, Butet tertatik mengajak saya ngobrol!...

Ya sudah lah... Lebih baik melayani dia membicarakan dari soal teman sekolahnya, gurunya, sampai membandingkan mana yang tercantik dari grup KPop! Hahaha...

Bersyukur, anak remaja itu masih mau ngobrol sama mamanya kan!?... 😉

 

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah