Ramadan 2022 Hari 14

Kemarin ada berita buruk. Menteri agama melarang para pejabat negara untuk mengadakan kegiatan buka bersama dan open house saat lebaran. Saya tak tau detilnya. Yang jelas, sepertinya acara lebaran di konsulat pun ikut dibatalkan!

Sholat Idul Fitri saja boleh. Tapi sesudah itu bubar. Jangankan makan-makan. Ramah-tamah pun katanya tak diperbolehkan!...

Anehnya, alasannya adalah pandemi! Jelas saja saya meradang! Itu kan kondisi di Indonesia? Di Prancis, untuk tidak mengklaim seluruh luar negeri, kondisi sudah membaik. Sudah tidak ada pembatasan acara yang mengumpulkan banyak orang...

Tentu saja saya jadi mikir-mikir dengan rencana kami ke Marseille. Tujuan utama memang sholat Id. Tapi apakah kami mau memboloskan Butet "hanya" untuk itu?

Affaire a suivre...

Masih berharap semoga ada perubahan keputusan. Terutama untuk acara di perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri. Sayang sekali kalau satu dari sedikit kesempatan bagi masyarakat yang sedang merantau untuk berkumpul sesama WNI jadi batal karena harus mengikuti keputusan yang didasarkan atas perkembangan pandemi di tanah air...

Sejak kemarin, saya bergabung dengan sebuah telegrup pertemanan yang hanya berisi 5 orang. Kami bertemu di sebuah komunitas dan keakraban terjalin. Karena itulah kami membentuk telegrup meski di antara kami, ada yang belum pernah bertemu...

Ya! Ada yang belum pernah bertemu secara fisik. Tapi masing-masing pernah bertemu dengan minimal salah satu yang lain. Dulu. Sudah lama... Lama sekali...

Hari ini, grup aktif sekali! Kami ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja. Masih berkutat dengan podcast, tentu saja saya stand by di depan laptop. Dan saya ikut aktif dalam pembicaraan...

Memang asik berbincang dengan teman yang sejalan pikiran. Bahkan saat Butet meminta untuk menggunakan laptop dan saya digusur ke kamarnya karena dia mau berlatih menari, saya melanjutkan pembicaraan di tablet meski dengan susah payah...

Saya baru berhenti jam 19.15an. Tinggal satu jam menjelang Maghrib. Memang suami sudah bilang mau beli makanan di warung Asia langganan yang tak jauh dari rumah saja. Karenanya saya cukup santai. Tapi tentu saja saya harus membereskan meja makan yang sudah saya biarkan terbengkalai sejak sahur tadi... Heu...

Selesai beres-beres dan bersih-bersih tak sampai satu jam, saya mengecek tablet. Saya lihat notifikasi telegram ada 240an pesan dari satu chat!!!

Ternyata teman-teman saya masih aktif! Meski memang saat saya cek itu, mereka sudah offline. Sudah malam di Indonesia!...

Saya tak bisa membayangkan salah satu teman yang tak ikut ngobrol sesiangan. Entah berapa ratus atau bahkan ribu pesan yang ditemukannya besok pagi di telegramnya!...

Malam ini suami saya memilih pad thai, saya bo bun, dan Butet chirasi salmon-alpukat. Tiga macam masakan dari tiga negara Asia yang berbeda... 


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah