Ramadan 2022 Hari 20

21 April. Hari Kartini...

Seorang teman bertanya dalam grup, apakah para anggota grup merayakannya? Saya jawab tidak. Dan bahkan saya tak tahu bagaimana merayakannya. Yang lain memberikan jawaban senada...

Lalu diskusi pun bergulir. Mengapa memperingati Hari Kartini? Mengapa Kartini? Mengapa bukan Dewi Sartika atau Cut Nyak Din?

Pembicaraan meluas. Kalau Kartini bukan bangsawan, apakah dia bisa semaju itu pemikirannya? Kalau dia tidak sekolah, apakah bisa seterbuka itu pemikirannya? Apakah artinya orang yang bisa pintar pada zaman itu hanyalah orang kaya saja?

Tapi toh pada kenyataannya tak semua bangsawan terbuka wawasannya. Tak semua orang kaya cerdas pemikirannya. Tak semua orang menjadi Kartini!

Kami sepakat berkesimpulan bahwa Kartini memang istimewa. Kecerdasannya, keingintahuannya, kegigihannya, kepeduliannya. Terutama tentunya adalah bahwa dia menulis!...

Tak menutup kemungkinan bahwa banyak orang di zaman itu yang berpikiran sama, atau bahkan lebih maju, ketimbang Kartini. Tapi kalau tak ditulis, tak disampaikan, siapa yang akan tahu?

Kalau Kartini hidup di masa kini, mungkin dia adalah semacam pemengaruh gitu ya? Influencer! Membuka mata dan memengaruhi dunia dengan tulisannya. Ya! Dunia! Karena ingat konteksnya tahun berapa! Pada zaman itu, jangankan Indonesia yang masih dijajah Belanda. Di Eropa sendiri pun posisi perempuan masih belum dipandang!...

Kembali ke kampanye klasik akan pentingnya menulis... 

Tapi tak perlu berpanjang-lebar. Semua pasti sudah hafal!...

Hari ini Butet kembali ke siklus biasa: tidur sesudah Subuh. Hampir jam 8 sih. Tak langsung tidur. Kali ini saya temani tidurnya. Tapi saya bangun jam 10, sedangkan Butet bablas sampai Dhuhur. Dhuhur di sini saat ini baru tiba menjelang jam 2 siang!

Malam ini akhirnya saya memasak sayap ayam madu dengan kecap manis Indonesia! Kecap Bango!...

Paket belanjaan dari Toko Bu Yati sudah sampai siang tadi. Tak banyak yang ingin kami beli selain bon cabe teri dan sambel-sambelan. Karena itu, saya masukkan kecap manis di dalam daftarnya. Kemasan refill saja, yang ringan. Itupun dengan deg-degan apakah bisa muat dalam kuota 5 kg... 

Tapi ternyata lancar. Memang isinya kebanyakan hanya camilan, yang tentu saja ringan. Camilan yang entah kapan mau dimakan selagi Ramadan begini. Mungkin nanti jadi hidangan Lebaran. Apalagi dengan banyak bonus dari Bu Yati!...

Sayap ayam asin-manis dimakan dengan nasi panas dan sambal terasi ABC. Sedapnyaaa...

Tak terasa sudah dua per tiga Ramadan berlalu. Tadarus masih sepertiganya. Yah, paling tidak jaga stamina, tetap minimal setebgah juz per hari, tidak boleh kendor!

Semangaaattt!...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah