Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin - Tere Liye

Setelah membaca dan menyukai Hujan, saya meminta teman-teman untuk merekomendasikan buku Tere Liye yang lain. Tentu saya menolak serial yang bisa sampai 11 buku itu! Bukan cuma kebanyakan, tapi juga ketidaktersediaannya di iPusnas. Dan saya masih belum ingin membeli buku Tere Liye! Apalagi dari Prancis sini...

Salah seorang teman menyebutkan buku Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Saya lihat ada di iPusnas. Tentu saja mengantri lama!...

Foto : iPusnas

Kisah Sukses Anak Jalanan

Daun yang Jatuh menceritakan tentang perjalanan Tania, seorang anak yang terpaksa harus mengamen di jalanan bersama adiknya Dede setelah ayahnya meninggal dan ibunya sakit-sakitan. Suatu hari mereka bertemu dengan Danar yang kemudian menjadi malaikat penolong bagi kakak beradik itu...

Danar menyekolahkan dan membantu ekonomi keluarga mereka. Danar yang menampung dan membesarkan mereka saat kemudian sang ibu meninggal dunia. Danar sudah menjadi keluarga bagi Tania dan Dede...

Semakin besar, Tania semakin sadar bahwa dia merasakan sesuatu yang tidak hanya sekedar kekeluargaan saja terhadap Danar. Perasaan ini makin bertambah seiring usia, sampai-sampai Tania tak mampu hadir pada pernikahan Danar. Tania memilih menghindarinya...

Hingga suatu saat, istri Danar yang menganggapnya sebagai adik sendiri yang mengontaknya. Mengeluhkan perubahan sikap Danar terhadapnya, yang membuat Tania jadi menyelidiki Danar lebih dalam, dan harus mempertemukannya kembali dengannya...

Gemas

Teman yang merekomendasikan buku Daun yang Jatuh ini, menyatakan "gemes". Dan akhirnya saya mengerti maksudnya!

Cerita hanya berlangsung dalam hitungan jam. Sayangnya saya lupa mencatat, berapa jam tepatnya. Dan ternyata waktu peminjaman saya di iPusnas sudah habis. Tentu saja bukunya sudah tidak ada lagi! Karenanya saya tak bisa mengeceknya...

Dalam hitungan jam itu, Tania mengingat peristiwa di masa lalu. Jadi boleh dibilang ceritanya panjang juga. Dari saat Tania berumur 11, hingga di akhir cerita berusia ... duh, saya tak mencatat lagi! 21?... Yang jelas dia sudah lulus kuliah, sudah bekerja...

21 masih muda dong!?... Entah mengapa saya mengingat angka 21. Tapi memang Tania sempat lompat kelas dan lulus kuliah sangat cepat!...

Bref...

Dari flashback-nya itulah kita menangkap alur cerita. Cerita yang tidak lengkap. Yang membuahkan akhir yang tidak jelas. Dan itulah mengapa teman saya gemas!...

Oke, Tania memutuskan pergi dan tidak akan kembali lagi. Tapi mengapa? Apa yang dikatakan Danar di bawah pohon linden?... 

Saya punya asumsi bahwa Tania pergi karena sebenarnya dia salah sangka. Tapi kalaupun begitu, tetap ada pertanyaan; mengapa Danar berubah sikap kepada istrinya?...

Bukan Salah Angin

Memang menggemaskan. Dan justru di situ menurut saya daya tariknya!...

Membaca buku ini, seperti membaca Hujan. Gaya penulisannya menarik. Bahasanya mudah, tapi tetap indah. Dan akhir cerita yang tak jelas, justru membuat kita bisa mengarangnya sesuai kreativitas kita kan!?...

Saya bisa menyelesaikan buku ini dalam 2 hari saja. Rekor! Rasanya sudah lama sekali saya bisa membaca secepat ini! Karenanya, saya mengantri Negeri Para Bedebah. Kalau suka lagi, mungkin saya akan berubah pikiran tentang Tere Liye...

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin? Ya memang bukan salah angin. Kalau daun jatuh, itu artinya ikatannya ke ranting pohon sudah tak kuat lagi, kan!? Malah mungkin harus berterima kasih pada angin yang mempercepat jatuhnya. Supaya usaha bertahannya, supaya rasa sakitnya tak berlarut terlalu lama...

Buku ini bisa dibaca dari usia remaja...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah